ANDA MEMASUKI ZONA TIDAK AMAN

ketika pagi tak seperti dulu

“Jika pagi ini bisa kembali seperti dulu walau harus merelakan nyawaku, aku akan selalu tersenyum, karena akhirnya pagi ini akan kembali bersinar terang, walau aku tak akan pernah lagi melihat fajar menyingsing menatap hari”

Hari ini fajar menyingsing tajam, dari pelupuk timur mulai ada tanda di akan menyorotkan sinar tajam di atas jam dua belas siang teng.




Aku selalu terbiasa melihat layar poliponik hp era 2010 ini, ini sudah jadi rutinitasku di setiap fajar mulai memasuki celah ventilasi kamarku, selalu berharap mungkin ada yang memberi ucapan selamat pagi, bukan sekedar sms menandakan paket internet habis.



Tapi aku selalu dirundung rasa kecewa setiap pagi, membuat fajar tak lagi bersinar di keduabola mataku, gelap, awan tebal tertutup kabut.

 “Aku tak pernah mengerti kenapa kau tak lagi memberi pesan singkat , bahkan hanya sekedar basa-basipun tak pernah ada, atau hanya aku saja yang tidak pernah mencoba untuk mengerti situasi seperti ini yang tak akan kembali seperti dulu

Tapi sungguh hari ini aku benar-benar rindu suasana kau yang sabar mengerti diriku, tapi mungkin kah kau sudah mulai bosan mengerti aku ?



Pagi ini aku sangat berharap bisa menghabiskan pulsa telponku hanya untuk mengucapkan selamat pagi langsung, tapi kenapa setiap aku ingin berbicara lidahku serasa kelu?

Sikap egoisku, mungkin penyebab kau pergi meninggalkanku.
Aku sangat rindu kamu, di setiap fajar bersinar, disetiap senja datang, dan di setiap jutaan bintang bermunculan.


` “Tapi semua terkubur dalam-dalam karena aku tak ingin kau terusik atas kehadiranku. Rinduku hanya seperti gumpalan sampah yang akan mengotori hatimu”

aku rindu kamu selalu, bahkan bila rindu ini korosif dan bersifat racun, biarkan. Biarkan saja hati ini menipis, jangan cari penawar racun untukku, aku bahagia dengan sakit ini,
aku selalu bercumbu dengan sakit ini di setiap pagi, sore dan malam, aku menikmati ini, aku sudah makin terbiasa.


“Aku selalu menikmati fajar yang selalu menginggatkan ku padamu”
Andai nama kamu bukan fajar, andai kita tidak bertengkar di saat fajar, andai kemesraan kita tidak terajut saat fajar, mungkin semua akan beda cerita. Mungkin aku sedikit dan perlahan bisa mengobati sakit tepat di hatiku,

 Tapi semua terajut dalam benang merah di saat fajar, di saat aku membuka mata, disaat aku harus selalu mulai aktifitasku dan disaat yang bersamaan aku harus mengobati lukaku.

Aku selalu berharap semua kembali seperti dulu, ketika sang fajar kembali bersinar, disaat pagiku seperti dulu tapi mungkin itu semua tidak akan pernah terjadi lagi.


Tapi aku selalu memohon




“Jika pagi ini bisa kembali seperti dulu walau harus merelakan nyawaku, aku akan selalu tersenyum, karena akhirnya pagi ini akan kembali bersinar terang, walau aku tak akan pernah lagi melihat fajar menyingsing menatap hari”
 

Tags